Masa-masa putih abu-abu
telah berakhir meski dengan perasaan yang “nano-nano” rame rasanya. Ya
begitulah masa-masa pealihan ketika akan beralih dari satu masa ke masa lain,
satu peralihan ke peralihan lain, satu tahap ke tahap lain, satu tempat ke tempat
lain, dan sebagainya. “Ah, kenapa kita harus berpisah. Aku tidak mau pisah sama
kamu. Pokoknya kita harus sama-sama terus. Aku nggak bisa kalau tidak sama
kamu.” Tak jarang orang yang berkata seperti itu bila perpisahan sudah didepan
mata. Berattttt rasanya berpisah dengan teman-teman yang sudah seperti
keluarga. Pun rasanya enggan dan segan berada jauh dari keluarga ketika harus
menempuh pendidikan lanjut nan jauh dari daerah asal. Tanpa disadari,
direnungi, dan diperhatikan bahwa orang akan merasa butuh dan kehilangan jika
seudah ditinggalkan orang yang sebelumnya jika sedang dalam kebersamaan orang
tersebut tidak dianggap. Apalagi yang dulunya orang itu orang yang dekat atau
sering dijumpai dan sering dimintai tolong. Tentunya setelah terpisah barulah
dirasa bahwa keberadaannya sungguh memberi semangat, motivasi, dan inspirasi
yang teramat sangat luar biasa dasyatnya. Seperti keberadaan keluarga, saudara,
sahabat, teman, dan guru. Entah mereka baik atau superrrrr duperrrr terhadap
kita. Pasti memori otak akan selalu mengingat-ingat dan berusaha mengingat
kenangan dan kesenangan itu semua. Maka, selagi ada waktu, nafas masih ada dalam
diri, jantung masih berdetak riang dalam jiwa; lakukanlah semuanya denagn baik,
ikhlas, dan niat karena Allah. Insya Allah tidak akan ada banyakkkk penyesalan
yang bila diingat-ingat justru akan lebih banyak membawa kerugian daripada
keuntungan. Bilamana sudah terjadi, jadikan semua sebagai pembelajaran dan
hadapi apa yang ada didepan dengan senyum yang ikhlas dan niat karena Allah.
Tidak mudah mugkin, tapi apalah yang susah bila diiringi dengan niat, usaha,
dan doa.
“Ah males banget deh
dikampus. Kangen sama teman-teman di sma.” “Beda banget ya orang-orangnya,
enakan juga teman-temanku dulu.” “Nggak banget sih.”....dll. tentunya masih
banyak lagi kata-kata yng sebenarnya adalah doa yang terucap dari lisan atau
tersirat dalam otak si empunya. Bukan begitu?? {bukan hanya anda, saya juga
mengalaminya.hehe. Wajar dong. Ya nggak sihhhh....??}
Tapi lambat laun
mulailah dapat beradaptasi dengan dunia kampus. Betapa berbedanya. Dari yang
berseragam menjadi bebas berbusana. Dari yang kalau alpha ditanya apa alasannya
menjadi masa bodoh, itu urusan lu bukan gue so
emang gue pikirin. Dari yang terikat menjadi bebas [nah loh.layaknya pelajaran
puisi dan prosa dalam Bahasa Indonesia.hehehehe....]. Dari yang tidak boleh
kawin menjadi yang boleh kawin, dari yang jadwal pelajarannya ditentukan
menjadi yang jam mata kuliahnya menentukan sendiri, dan sebagainya. Intinya
inilah masa peralihan dari masa remaja tingkat atas menjadi dewasa. Daerah
pendewasaan-lah.hehe. Sekali lagi, tidak mudah rasanya melakukan sesuatu hal
yang baru sedangkan tidak ada niat, dorongan, motivasi, inspirasi, bahkan yang
ampuh adalah PAKSAAN dari orang lain dan pihak-pihak lain. Upss, ada yang perlu
diingat, dijaga, dipelihara,
dipertahankan, dan diterapkan dengan baik dan ikhlas tentunya, atau
alangkah lebih baiknya dapat ditularkan ke orang lain dan bahkan dikembangkan
dan disempurnakan, tetapi jangan sampai salah mengambil langkah dan malah
terjerumus dan tererosaok kedalam kegelapan yang memilukan. Sebenarnya apa sih
yang sedang dimaksud disini???? Tidak lain dan tidak bukan adalah keimanan dan
keIslaman yang sedari dulu kala telah diajarkan dan ditanamkan dengan baik oleh
keluarga kita. Jangan mentang-mentang sudah kuliah lantas berada dekat dengan
kesesatan dan kekafiran. Jangan hilangkan kebaikan-kebaikan yang dibawa dari
rumah, tetapi asah dan kembangkanlah. Janhan hanya menambah ilmu pendidikan
formal semata tetapi mengabaikan atau bahkan meninggalkan pendidikan agama,
alangkah mulianya jika keduanya seiring seirama. Sedap dipandang mata. Sudah
rupawan, cerdas dalam pendidikan formal, imannya berkualitas, tentunya
berwawasan mumpuni, siapa yang nggak mau?? Pasi banyakkkkkkk yang ngantri
sampai berdesak-desakan. Hanya untuk apa? hanya untuk memperebutkan mutiara
Allah.
Tidak ssedikit yang
mulanya baik menjadiburu atau bahkan lebih banyak yang berkebalikan. Indah
bukan? Tinggal sekarang masalahnya berada dalam golongan yang mana diri ini?
Jangan lantas karena kebebasan dan jauh dari pemantauan orang tua menjadikan
orang berada dalam kemajuan tetapi dalam hal keburukan. Yang sebelumnya baik
menjadi tambah baik, Subhanallah inilah yang disebut kesuksesan. Ada lagi yang
sebelumnya buruk menjadi lebih baik dan sampai pada tahapan yang terbaik,
Subhanallah Maha Besar Allah inilah yang disebut kesuksesan yang benar-benar
kesungguhan dari kesuksesan yang derajatnya lebih tinggi. Ada juga yang mulanya
Subhanallah baiknya tetapi menjadi memprihatinkan keadaan dan penampilan jiwa
maupun raganya, inilah yang dikatakan seburuk-buruknya kegagalan dan harus
segera datang pertolongan baginya.
Tetaplah ingat dan
fokuskan apa tujuan kita sebenarnya dan apa langkah konkrit untuk mewujudkannya.
Oke-lah jangka pendek kita mendapat gelar dalam pendidikan formal, tetapi
setelahnya?? Bukankah bukan hanya itu saja tujuan kita hidup?tujuan jangka
panjang kita?? Ya, tujuan jangka panjang yang selama ini dicari tidak lain dan
tidak bukan adalah meraih ridhoNya, meraih surgaNya, dan mendapatkan segala
keindahan dari KEKASIH SEJATI yang kekal abadi selanya. Dapat dimulai dengan
langkah-langkah kecil yang nantinya akan berkembang menjadi langkah yang besar
dan dapat membawa perubahan yang menyilaukan.
Bisa dimulai dalam
santun bertutur; santun dalam bertegur sapa dan menyebarkan salam serta senyuman;
santun dalam bertindak. Orang yang santun dalam bertutur kata sudah tentu
adalah orang yang pendidikan akhlaknya mulia. Adapun orang yang seperti ini pastilah
murah senyum dan tindakannya mencerminkan akhlaknya. Tapi tidak jarang yang
akhlaknya sudah tersusun baik, tapi belum tahu bagaimana cara berbusana yang
sesuai dengan syar’i.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar