HANOK_rumah ku kelak [amin ya ALLAH]

HANOK_rumah ku kelak [amin ya ALLAH]
Assalamualaikum Warahmatullahi Wabarakatuh. Sebaik-baiknya manusia adalah yang bermanfaat bagi yang lainnya. Semoga blog ini mendatangkan manfaat untuk saudara. Annyeonghaseyo. Korea Selatan, tunggu aku menyapamu

Sabtu, 28 Januari 2012

Natal dan Tahun Baru

Assalamualaikum wr. wb.
-->
Facebook: Tutorial PAI UnnesWebsite: tpai.unnes.ac.idReferensi: Mini Magazine Muslim United Edisi 4 Semester Gasal 2011/2012; halaman 3-4.NATAL DAN TAHUN BARU MENURUT PERSPEKTIF ISLAM            Dalih toleransi sering dijadikan alasan sebagian kaum Muslimin untuk turut berpartisipasi dalam perayaan hari-hari besar agama lain. Padahal, hari raya adalah masalah agama dan akidah, bukan masalah keduniaan, sebagaimana ditegasan oleh Rasulullah Shallallahu’Alaihi Wa Sallam dalam sabda beliau kepada Abu Bakar Radhiyallahu’Anhu pada hari Idul Fitri,“Setiap kaum memiliki hari raya, dan ini (Idul Fitri) adalah hari raya kita.” (HR. Bukhari dan Muslim).
            Dengan demikian, turut merayakannya berarti ikut serta dalam ritual ibadah mereka. Dan Rasulullah Sallallahu’Alaihi Wa Sallam telah bersabda, “Barangsiapa menyerupai suatu kaum, maka ia termasuk golongan mereka.” (HR. Abu Dawud, dan dinyatakan hasan shahih oleh Al-Albani).            Iman Al-Baihaqi juga meriwayatkan dengan sanad yang beik dari Abdullah bin Amru radhiallahu’anhuma beliau pernah berkata,MENYAMBUT TAHUN BARU            Entah direncanakan atau sekedar latah, pada malam itu orang-orang seakan secara serempak melonggarkan moralitas dan kesusilaan. Bunyi terompet diselingi gelak tawa (bahkan degan minuman keras) bersahut-sahutan di setiap tempat. Sepeda motor mengepulkan asap hingga mirip ‘dapur berjalan’ meraung-raung. Mobil-mobil membunyikan klakson sepanjang jalan. Cafe, diskotik dan tempat-tempat hiburan malam sesak padat. Orang-orang ‘tupah’ di jalanan dengan satu tujuan: merayakan Tahun Baru.            Sebenarnya tahun Masehi adalah tahun yang baru bagi bangsa Indonesia, karena ia tidak memiliki akar kultur dan tradisi dalam sejarah bangsa ini. Ada beberapa faktor yang dapat mendukung anggapan ini.            Pertama, latarbelakang sosio-historis. Berlakunya tahun Masehi tidak bisa dipisahkan dari pengaruh teologi (keagamaan) Kristen, yang dianut oleh masyarakat Eropa. Kalender ini baru dikeluarkan Indonesia pada tahun 1910 ketika berlakunya Wet op het Nederlandsch Onderdaanscha atas seluruh rakyat Hindia Belanda.            Kedua, karena latarbelakang teologis. Sebagaimana diketahui, kalender Gregorian diciptakan sebagai ganti kalender Julian yang dinilai kurang akurat, karena awal musim semi semakin maju, akibatnya, perayaan Paskah yang sudah disepakati sejak Konsili Nicea I pada tahun 325, tidak tepat lagi.            Sejak kedatangan Islam hingga awal abad ke-20, kalender Hijriah berlaku di nusantara. Bahkan raja Karangasem, Ratu Agung Ngurah yang beragama Hindu, dalam surat-suratnya kepada Gubernur Jendral Hindia Belanda Otto van Rees yang beragama Nasrani, masih menggunakan tarikh 1313 Hijriah (1894 M).            Jadi secara historis dan kultural bangsa kita pun, tahun baru Masehi tidak perlu dirayakan. Terlebih lagi jika ditinjau dari sisi akidah al wala’wal bara’ (loyalitas dan pelepasan diri) dalam agama Islam.(dikutip dari islamiccentretangsel.com dengan beberaapa editing)yang keren yang mentoring....!Wassalamualaikum wr.wb.

Tidak ada komentar: