Assalamualiakum Wr. Wb.
Menyukai, disukai,
mengagumi, dikagumi, memperhaikan, diperhatikan, melihat, dilihat, dan
kawan-kawannya itu, tentu bentuk kata aktif-pasif ini wajar dijumpai terutama
pada ababil (ABG [read: Anak Baru Gede] labil). Setiap insan manusia
normal di muka bumi ini tentu akan mengalami yang namanya kagum, suka, dan
cinta. Ini adalah kodrati kita sebagai manusia. Tentu wajar adanya, tergantung
bagaimana jika rasa-rasa itu datang dan bagaimana cara kita menyikapinya agar
tidak terjerumus ke dalam ketidakbermanfaatan yang dapat menjauhkan kita dari
kekasih sejati kita, ALLAH SWT.
Ini blog saya, kisah
saya, jadi terserah saya, suka-suka saya.
Alhamdulillah saya baru
saja memasuki kelas baru, kelas XI SMA. Teman baru, pelajaran baru, guru baru,
intinya semuanya banyak yang baru. Kelas XI SMA sudah mulai dilakukan yang
namanya penjurusan berdasarkan ketidakmampuan dan minat siswa. Ada kelas
IPA, IPS, dan IB. Alhamdulillah saya masuk ke kelas IPA, tepatnya XI IPA 1,
sudah pasti saat kelas XII tidak akan dilakukan pertukaran kelas lagi (jadi
kelas XI sama dengan kelas XII, itu sistem di SMA N 02 Salatiga). Mulailah saya
yang tidak mudah berinteraksi ini memasuki kelas XI IPA 1. Saya ingin rasanya
waktu itu pindah ke kelas XI IPA 2 saat ada guru yang menawarkan diperbolehkan
satu anak pindah ke kelas lain. Di kelas XI IPA 2 ada dua teman saya waktu
kelas X, sebut saja F dan L. Tetapi kuurungkan niat itu. Kenapa? Sudah barang
tentu karena dilain pihak saya secara diam-diam tertarik dengan teman-teman baru
saya di XI IPA 1 yang waktu itu menjadi hal asing ketika ada murid laki-laki
penggemar K-POP. Nah, inilah yang awalnya membuat saya bertahan di kelas,
karena ada teman laki-laki di kelas itu yang seorang k-popers dan pengemar Asia
Timur.
Di lain pihak. Huh, saya mulai dilanda stress dengan
mata pelajaran IPA. Alhamdulillah semester satu dapat dilalui dengan baik dan
lancar. Masih aman-aman saja. Nah mulailah memasuki semester dua, apa
saudara-saudara yang terjadi????
Ehhhh
(semabari meregangkan badan dan nyawa baru saja tersadar kebali). Bangun tidur.
Biasalah, liat layar HP. Mwo (read:
apa *dalam bahasa Korea)? Nomor baru? Panggilan tidak terjawab? Eh ada SMS juga (maaf, karena sudah lama saya
agak lupa bagaimana persisinya kata-kata itu) yang intinya hai, sudah bangun belum, ayo bangun. Gubrak! Doorrrrrrr!!!!!!!
Siapa orang yang yang pagi-pagi sudah menyambut saya melalui HP? Tentu, tak
lain dan tak bukan adalah teman baru saya di kelas XI IPA 1. Saya sampai
sekarang bingung, dari mana dia bisa mendapatkan nomor HP saya? Sampai sekarang
pertanyaaan itu tidak terjawab. Awalnya saya bingung dan tidak habis pikir
kenapa teman sekelas saya ini memulai menghubungi saya, di kelas saya juga
belum merasa dekat dengan teman saya ini (namanya juga baru saja pindah kelas,
tentu harus adaptasi dulu). Lawan jenis, jadi rada malu juga lah buat
dekat-dekat (dalam artian saya tidak suka memulai pembicaraan, terutama dengan
lawan jenis). Sebut saja teman saya ini Taemin (T).
Yah,
dari sinilah saya dan T mulai akrab, tentu hanya lewat HP, karena di sekolah
saya jarang ngorol-ngobrol sama dia. Usut punya usut, teman saya F dan teman
dekat T (yang kedua orang ini dulunya satu sekolah) saling berbincang-buncang
membicarakan saya dan T. Kata teman T, T ini orangnya cuek dan tidak peduli
dengan lingkungan sekitar. Apalagi unuk SMSan
yang kagak jelas, itu bukan tipe T. Tapi, F teman saya menjelaskan pada teman
dekat T tentang tingkah aneh T ke saya. Lantas mereka berdua (F teman saya dan
teman dekat T) menyimpulkan jikalau T ada rasa denagn saya. Hayo hayo rasa apa?
saja juga sampai sekarang belum paham??!! Mulailah sejak itu teman saya F
mengatakan dan menjelaskan tentang sikap aneh T ke saya, dan dan dan dan sejak
saat asumsi dari F itu, dipikaran saya langsung terngiang-ngiang tentang T
terus (ya Allah, maaf, Hesti mulai terjerumus). Jujur, saya suka karena dengan
saya yang hanya pendiam di kelas, jauh dari kata aktif, tidak mudah beradaptasi
dan mendapatkan banyak teman, belum pernah menjadi juara di kelas, tidak banyak
dikenal di kalangan warga sekolah, tentu dengan adanya asumsi yang menyatakan
bahwa T ya gitu deh sama saya, saya
seakan melambung ke angan. Bisa-bisanya kagum dengan seorang Hesti, fisik?kagak
ada seksi-seksinya? Yang ada seksi konsumsi (doyan temal-temil). Jauh lho dari
Song Hye Gyo (tapi saya suka menyebut diri saya Song Hye Gyo eonni –read: kakak perempuan yang
dipanggil oleh adik perempuan *dalam bahasa Korea). Liat aja perbandingannya.
Cara
pendekatan T sungguh mujarab, awalnya ngomongin tentang Kpop (mungkin dia tahu
saya kpopers, atau memang tujuan awal mendekati hanya untuk mengetahui lebih
banyak tentang k-pop tetapi saya terlampau GR),
obrolan lewat SMS yang tidak ingat
waktu, tempat, adab, dan etika berlangsung cukup lama. Saya pun bertanya apakah
T sering dan selalu seperti ini terhadap teman yang lain, T menjawab bahwa dia
hanya melakukan obrolan sedekat ini hanya denagn saya. Seakan-akan tidak ada
hari esok karena dari membuka mata sampai menutup mata hanya melulu sebagian
waktu digunakan untuk ber-SMS ria.
Tapi, saya perjelas, hubungan saya dan T jauh berbeda antara di sekolah dan di
dalam SMS. Jika di sekolah, saya dan
T hampir tidak pernah berkata-kata, jangankan untuk itu, menatap dia saja saya
tidak berani (tapi, ini memeng prinsip, saya tidak suka bertatap muka
berlama-lama dengan lawan jenis, tapi jagan salah sangka, Hesti normal lhoooo).
Sungguh berbeda jauh saat berkomunikasi lewat SMS, seakan-akan kami sudah akrab sekali. Dari bangun tidur sampai
mau tidur lagi, hampir semuanya diketahui satu sama lain. Obrolan kita mengalir
begitu saja, begitu mudahnya berdekatan dengan media HP. Sampai-sampai di layar
HP saya muncul kata dari T, SARANGHAEYO (read: berarti AKU CINTA
KAMU *dalam bahasa Koera). Masa-masa aneh ini berangsung cukup lama, dan untungnya
teman-teman satu kelas tidak ada yang tahu (janagan sampai ada yang tahu, saya
tidak dapat membayangkan bagaimana jadinya, saya dan T bermain-main dibelakang
teman-teman, dan saya tidak mau ada yang beranggapan bahwa saya yang mendekati
dan ganjen terlebih dahulu terhadap T, karena dilihat dari keseharian T, saya
yakin banyak yang berasumsi saya yang terlebih dahulu menggoda T, padahal
salah!). waktu itu, saya beranggapan masa-masa itu adalah masa terindah saya,
berdekatan dengan T (walau hanya lewat SMS)
sungguh saya benar-benar menikamti masa-masa itu. Saya bertanya kepada T,
kenapa sikapnya jauh berbeda antara di kelas dan dirumah (dirumah disini dalam
artian saat sedang SMSan) dan dia
menjawab, harus profesional,harus dapat
membedakan antara rumah dan sekolah, dan agar jangan sampai ada teman yang
tahu, nanti pasi jadi trending topic. Benar juga, kataku dalam hati. Tapi,
disisi lain saya tidak suka dengan sikapnya yang seolah-olah tidak saling
mengenal saat di sekolah. Kontras sekali dengan sikapnya yang selama ini
diperlihatkan pada saya melalui HP.
Sedikit
cerita. Bagaimana saya berani memulai pembicaraan dengan orang yang baru saya
kenal, sedangkan orang yang baru saya kenal ini telah diketahui mengagumi saya.
Saya malu untuk mulai berbicara secara lepas dan terbuka terhadap saudara.
Jadi, saya pun sampai saat ini belum begitu memahami seluk-beluk saudara karena
saya tidak banyak bercakap dengan anda selama dipertemukan di sekolah. Semenjak
menjalin hubungan lewat dunia maya, di dunia nyata saya segan dan enggan
membuka suara untuk lebih mengetahui tentang bagaimana diri saudara, intinya
saya malu. Sebearnya inigin rasanya tahu lebih dekat dan menjalin hubungan yang
baik di dunia nyata, tapi nyatanya belum terlaksana.
Lanjut
ke topik cerita. Sadar tidak sadar, hubungan yang lewat dunia maya ini
berlanjut sampai semester 2 berakhir. Banyak kejadian-kejadian aneh bin lucu.
Saya tidak tahu ini disengaja atau tidak, kelas XII kita mendapatkan tambahan
jam mata pelajaran, otomatis pulang lebih sore. Kami membawa kotak bekal dari
rumah, entah disengaja atau tidak, kotak bekal kita adalah dari produk yang
sama dan hanya beda warna. Misal hari ini saya membawa warna pink dan dia
membawa warna biru, atau berkebalikan di keesokan harinya. Sampai pada akhirnya
saya dan dia sepakat membawa tempat makan couple
dan apa ada teman yang mengatakan kurang lebih seperti ini ih, tempat makan Hesti sama T kembar, kayak anak panti. Ala hasil
tidak sedikit pula teman-teman yang memandang untuk melihat tempat makan kami.
Dalam hati saya tertawa geli, teman-teman tidak tahu saja kalau ini
direncanakan (membawa tempat makan yang sama). Dan juga kegiatan lain yang
menyenagkan adalah bersepeda, tapi karena saya malu, malah jadi kurang
menyenagkan. Dia juga tidak perhatian saat bersepeda, jauh dari harapan.
Lucunya sempat waktu itu, T baru saja pulang dari luar kota dan setelah sampai
rumah harus segera mengikuti les. Tapi, dia menghubungi saya dan ingim meminjam
2 lembar kertas latihan soal saya yang baru saja diberikan guru, akhirnya
petang setelah pulang dari luar kota dia mendatangi tempat tinggal saya dan
meminjam kertas itu untuk di foto copy. Saya pun ikut megantar dia ke tempat
foto copy, dan mau tidak mau saya naik sepeda motor dia sampai ke tempat
foto copy (dan sekarang inilah yang saya sesalkan, setelah diingat-ingat, tidak
pernah saya hanya berdua-duaan berdekat-dekatan berbonceng-boncengan dengan laki-laki yang belum menjadi mahram
saya dan saya keluar bersamanya. Ya Allah saya menyesal, kenapa dengan mudahnya
saya mau berboncengan dan mungkin
saja berkontak fisik dengannya. Astagfirullah). Bukan main rasanya waktu itu.
Saat hendak izin keluar rumah, untung Umi dan ukhti tidak tanya banyak tentang
temanku yang mau meminjam kertas ku ini. Saat T datang ke depan rumah, saya
segera keluar rumah agar tidak ketahuan orang rumah, siapa temanku ini (jujur,
tidak ada dan tidak boleh ada teman laki-laki yang main ke rumah dan nantinya
saya hanya berbua-duaan bersama. Dan T pun tahu bahwa saya tidak boleh
berdekat-dekatan dan menjalin hubungan yang tidak bermanfaat dengan laki-laki,
sebenarnya T tahut mendatangi tempat tinggal saya, tapi tahu tuh dari mana dia dapat keberanian itu.
T terutama takut dengan kakak saya yang seorang Ikhwan dan sangat menjaga saya.
Tapi ada-ada saja, saat T datang kebetulan kakak saya sedang tidak ada dirumah.
Huhh, selamat). Cepat-ceapat saya
mendatangi T yang sudah menanti, kujulurkan tangan sembari kuucapkan selamat
ulang tahun. T pun memasukkan bingkisan dari saya itu ke dalam tasnya
(sebelumnya saya menyuruh T untuk membawa tas dari rumah. ;D). Foto copy usai,
jangan pikir ada adegan-adegan syetan seperti di drama-drama, karena T orangnya
jauh dari kata romantis. Sampai di depan tempat tinggalku, dan kakakku ternyata
sudah ada di rumah dan karena sudah malam, mungkin dari halaman belakang rumah
tidak nampak jelas siapa yang ada di depan rumah. Saya segera turun dari motor
dan cepat-cepat menyuruh T pulang, karena kakak saya menanyakan pada saya siapa
yang darang ke rimah dan kakak saya akan segera membukakan pintu. T siga dan
langsung tancap gas karena dia juga harus segera les dan tidak ada waktu untuk
berlama-lama. Huh.selamat, kita tidak tertangkap. Tentu dong setelah itu saya
dan T lanjut SMSannya, dan saya tanya
dimana dia sebenarnya les, dan. Saya pun shock
bukan main, karena ternyata dia les di tempat tidak jauh dari rumahnya, masih
dalam satu kawasan kompleks. Astaga. Jadi kenapa dia jauh-jauh meminjam kertas
dua lembar sampai ke tempat tinggal saya padahal ada juga teman ynga rumahnya
tidak jauh dari rumah T. Kalau dipikir-pikir T harus segera ke tempat les juga,
dan jarak rumah kami tidak dekat juga, jauh lho. Aneh. Benar-benar aneh. Tentu
keanehan-keanehan kami tidak berhenti sampai disitu, masih ada lagi. Ada lagi,
malam itu kita sedang beljar (di rumah masing-masing tentunya) dan SMSan tentu tidak ketinggalan. Besok
pagi ada ulangan di sekolah, kami pun bertaruh lama-lamaan belajar, siapa yang
paling kuat belajar sampai larut (cerita, ini dari sisi saya, bagaimana mau
fokus belajar kalau belajarnya sembari SMSan?
Ya lebih fokus ke SMSannya). Apa yang
terjadi?saya yang menang. Dan saya agak lupa bagaimana ceritanya dia
bisa-bisanya mengajukan banyakkkk pertanyaan tanpa celah ke saya lewat SMS, karena merasa pertanyaan terlalu
banyak, saya pun menjawab pertanyaan-pertanyaan itu di kertas, dan
mencengangkan satu muka folio full.
Saya pun balik bertany ke T dengan pertanyaan-pertanyaan yang sama dengan
pertanyaan-pertanyaan yang T ajukan ke saya? Apa coba pertanyaan-pertanyaan
aneh dari T itu? Diantaranya: makanan favorit, minuman favorit, hobi, pesan
dariku buat dia, tipe ideal (nah loh, pertanyaan yang aneh), kalau pacaran dan menikah, yang diharapkan
dari suami jika menikah, mimpi 20 tahun lagi, kalau menikah ingin punya anak
berapa (sumpah, saya teramat sangat kaget dengan pertanyaan-pertanyaan ini,
pikiran dia sudah jauhhh banget!), dll. Sumpah,
anehe pol-polan. Lucunya, seharian di sekolah dari pagi sampai bel tanda
pulang berdering, kami di kelas hampir tanpa kata, tapi setelah seesai doa??!!
Tiba-tiba dia menghampiriku sembari berucap [intinya] mana Hes jawabannya? Lantas kubuka tas ku dan dia juga membuka
tasnya dan siap menampung jawabanku, begitupun sebaliknya. Saya menambahi
percakapannya [intinya] jaga baik-baik
ya, jangan sampai ada orang lain yang tahu. Teman baik T yang melihat kami
bertanya-tanya, apa to apa to?. Mana
kami mau jawab? ;D
Kami
juga sudah merancang banyak harapan-harapan cita-cita mimpi-mimpi. Seusia saya
dan T, tentu hal-hal semacam itu adalah wajar adanya. Tapi, kita berasumsi
bahwa kita tidak boleh pacaran dulu, kata T, dia masih mempunyai tanggung jawab
kepada orang tuanya dengan harus belajar dengan baik dan dia tidak siap
pacaran. Dari saya, saya juga tidak mau pacaran karena saya memeang tidak
mengenal pacaran (walau seringkali timbul keinginan untuk itu, maklum ABG masih
labil) dan saya selalu berpkir tidak mau timbul banyak penyesalan di kemudian
hari karena pernah berpacaran, saya tidak mau merugi dan kelak membuat pendamping
hidup saya menyesal karena saya yang pernah pacaran. Sebelum masalah datang
menerpa, sepanjang hari kisah saya dan T terasa indah *versi saya.
Dan
di awal-awal semester satu kelas XII, dia mengatakan kebimbangannya akan dua
perempuan yang megusik hatinya. Dan dari sinilah hubungan aneh yang terjalin
lewat dunia maya ini mulai bermasalah ke ambang kepunahan. Saya penasaran dan
banyak bertanya-tanya dan mendesaknya (sembari berharap dan meyakinkan bahwa
salah satunya adalah saya *haha.PD.com). saya mendesak dan T memberi beberapa
kode-kode. Kata T, perempuan ini ada di kelas IPA 1 dan IPA 2. Deg. Rasanya, ternyata selain saya ada
yang megusik hatinya, tapi kenapa selama ini saya teramat sangat PD terhadap T.
Saya mulai menebak-nebak siapa orang yang dimaksud T, dan jika jawaban saya
benar tapi T berkata tidak benar, maka saya akan marah dan tidak percaya lagi
dengan T. Dibelakang saya dua teman saya yang selama ini menjadi tempat
bercerita tentang tingkah polah T. Dua teman saya ini, F dan L yang membantu
menemukan siapa orang di IPA 2 yang dimaksud T. Ya, benar saja, saya berhasil
menebak siapa yang ternyata sempat menjadi pesaing saya, dan orang itu adalah
teman satu kelas T saat kelas X. Ciut. Jangan tanya tentang siapa yang
mengungguli siapa dalam bidang apapun, saya atau dia (karena penilaian itu
bersifat relatif). Siap tidak siap saya menanyakan pada T apakah benar orang
ini yang dimaksud, dan T berkata tidak. Huhh,
saya lega, tapi saya juga curiga. Apalagi teman saya meyakinkan saya bahwa
orang yang dimaksud T ya perempuan itu. Saya pun memaksa menanyakan pada T
lagi, dan T mengatakan ya. Dia berkata bahwa dulu saat kelas X sempat menyukai
orang ini tapi kini tidak lagi. Gubrak. Sontak, saya kagetttt!!!! Kenapa dia
sempat menutup-nutupi dan seolah-olah ingin membodohi. Saya tidak suka jika ada
yang tidak jujur. Berulang kali saya mengingatkan padanya untuk jujur, jujur
dan selalu jujur. T berkata, ya benar orang itu yang dulu disukainya saat kelas
X, tapi sekarang T hanya meganggapnya sebagai teman. Tapi, jujur, saya tidak
terima T seperti itu. T, kenapa dari awal-awal saya bertanya, T tidak jujur.
Saya kecewa. Setelah tahu, saya mulai menjaga jarak dengan T. Yang saya
inginkan T meminta maaf kepada saya dan menjelaskan dan selalu menghibur saya,
tapi namanya juga T, kekanak-kanakan. Benar saja, hubungan semakin merenggang.
Saya tidak manganggapi SMS darinya,
jangan tanya hubungan di sekolah. Karena sebelumnya di sekolah saja tidak
saling berbicara, apalagi ditambah dengan masalah ini, seakan kami berbeda
kelas, berbeda sekolah. Jauhhhh!
Sedikit
cerita lagi. Siapa yang laki-laki. Walau memang benar usia saya lebih beberapa
bulan dari saudara, tapi bukankah saudara yang laki-laki dan saya yang
perempuan? Jadi, mengertilah saya. Saya inigin anda yang memulai. Jangan hanya
di dunia maya lewat HP, tapi mulailah juga di dunia nyata, saat di kelas dan
dunia yang sebenarnya. Sepele saja lah. Dengan mengajak saya sholat bareng,
mulai ngajak ngobrol-ngobrol ringan di kelas, menawarkan apapun pada saya saat
di kelas, ngajakin jajan bareng, main bareng, makan bekal bareng, menunggui
saya kalau mau kemanapun, ngajakn baca-baca ke perus, dll. Jangan melulu
mendiamakan saya di kelas. Saudara maunya saya yang memulai ini di kelas, tapi
sadarlah bahwa siapa yang laki-laki. Sumpah, saya iri dengan setiap teman-teman
yang akrab dengan anda. Tapi, apa boleh buat, jika tiba-tiba saya akrab dengan
saudara, pasti teman-teman akan curiga. Jadi saudara, intinya saya ingin anda
memulai dengan saya didunia nyata, mulailah degan yang sepele-sepele. Masa,
sering duduk depan belakang, duduk sampingan saat di luar ruang kelas, tapi
ngobrol pun jarang atau bahkan tidak pernah. Mahal amat suaranya. Jangan melulu
menyalahkan saya yang tidakmau memulai, saya malu. Malu menatap anda, malu
menghampiri anda, dan malu, malu, malu, malu.
Kami
saling diam, dia tidak tahu kenapa saya seperti itu. Yah, benar saja karena
insting kepekaannya tidak bekerja dengan baik. Lama. Diam. Emosi. Wah pokoknya
masa-masa ini tidak menyenagkan, sampai di hampir penghujung kelas XII (lama
banget ya masalahnya kagak kelar-kelar, emang iya, saya juga bosan) ada teman
satu kelas yang akhirnya tahu hubunganku dengan T. Saya pun sedikit banyak
bercerita tentang kedekatan saya dengan T dan kenapa sampai bisa-bisanya saya
sangat berjauhan dengan T. Teman satu kelas saya dan T, sebut saja R akhirnya
yang berhasil mendamaikan saya dengan T (R terimakasih atas kebaikanmu *muach).
Tapi setelah berbaikan tidak lantas menjadikan hubungan saya dan T sedekat
sebelum ada masalah, apa alasan T. T tidak ingin kemarahan saya terulang lagi,
maka dari itu dia tidak berani sevulgar dulu dalam berkata-kata. Dia lebih
berhati-hati, tapi saya. Huh. Kini kami hanyalah dua orang yang mungkin tidak
mengenal satu sama lain.
Sedikit
cerita (lagi). Kelulusan, membuat jarak semakin jauh, sekolah beda arah. Saya
sekarang berangkat ke kampus ke arah sana sedang dia ke arah sana. Komunikasi amburadul, dan masih banyak lagi.
Untuk
pihak-pihak yang ada dalam cerita saya ini maaf jika yang saya paparkan adalah
kesalahan dan tidak ada unsur kebenaran, karena ini yang saya lihat dari sudut
pandang daya, cara pandang saya. Jika tidak berkenan maaf. Buatlah versi lain
yang menurut saudara benar adanya. Tapi yang saya paparkan ini pernah saya
alami, entah saudara ingat atau tidak.
Terimakasih
atas semua pihak yang telah ambil bagian dan membuat drama ini terbit ke
pasaran sehingga dapat dinikmati para pecintanya. Maaf jika ada tokoh yang
tidak disebutkan, dan maaf juga apabila ada tokoh yang disebutkan tetapi tidak
sesuai karakter. *versisaya.com
Saya.
Begitu jujur dan gampangnya menulis ini semua. Ini bukan aib yang harus
ditutupi. Tujuan saya menulis ini agar dengan tulisan ini tidak ada ababil dan seusianya terjerumus kedalam
ketidakbermanfaaan seperti yang pernah saya alami. Jangan sampai menghabiskan
waktu untuk hal-hal yang penuh kanehan itu. Setelah direfleksikan, tentu lebih
banyak kerugian yang akan didapatkan. Jika
datang masa-masa virus merah jambu, harapan saya, jangan ada yang tergoda
seperti saya. Tapi sikapilah dengan arif dan bijaksana. Ingatlah cinta diatas segala cinta. Buatlah bidadari cemburu padamu.
Ingatlah kekasih sejatimu.
Note:
Allah, hamba tahu Allah Maha Segala-galanya. Kesalahan dan kekhilafan saat itu
sungguh berlangsung lama dan hampir tanpa celah. Maaf. Maaf ya Allah. Tetap
pilihkanlah ikhwan terbaik untuk hamba. Amin ya Robb.
Wassalamualaikum
Wr. Wb.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar