HANOK_rumah ku kelak [amin ya ALLAH]

HANOK_rumah ku kelak [amin ya ALLAH]
Assalamualaikum Warahmatullahi Wabarakatuh. Sebaik-baiknya manusia adalah yang bermanfaat bagi yang lainnya. Semoga blog ini mendatangkan manfaat untuk saudara. Annyeonghaseyo. Korea Selatan, tunggu aku menyapamu

Minggu, 22 Januari 2012

Zaman Batu ke Zaman Modern

Assalamualaikum wr. wb.
-->
Terlahir dengan nama P**** Prahesti (ini adalah nama yang diberikan budhe saya untuk keponakan barunya) dan lantas setelah ibu saya kembali dari rumah sakit, saya berganti nama menjadi Hesti Prasasti. Terlahir di kota Salatiga, Kabupaten Semarang, Provinsi JawaTengah, Pulau Jawa, negara Indonesia pada 7 Januari 1993. Memulai pendidikan formal dari, Taman Kanak-kanak (TK) nol kecil dan nol besar [RA Palupi; 1997-1999], kemudian melanjutkan ke tingkat Sekolah Dasar (SD) selama 6 tahun [SD Negeri Dukuh 05; 1999-2005], kemudian meningkat ke jenjang Sekolah Menengah Pertama (SMP) selama 3 tahun [SMP Negeri 3 Salatiga; 2005-2008], dan setelahnya sampai ke tingkat Sekolah Menengah Atas (SMA) selama 3 tahun [SMA Negeri 2 Salatoga; 2008-2011]. Sekarang saya sedang menempuh pendidikan di Universitas Negeri Semarang untuk meraih gelar S1 di jurusan Kimia, program studi (prodi) Pendidikan Kimia.
Kegemaran saya adalah menulis. Jika sedang dalam kesendirian, saya suka menyalurkan apa yang ada di pikiran melalui tulisan. Bila ada waktu luang untuk bersantai maka saya akan memanfaatkannya untuk hal-hal yang saya anggap menarik, diantaranya: membaca buku, membaca koran, memasak apapun yang saat itu saya pikirkan dan inginkan, menjelajahi jejaring sosial, browsing, googling, melihat drama Korea, menyaksikan film Korea, melihat perkembangan chart K-pop, dan hal-hal lainnya yang saya pikir menarik untuk dilakukan. Saya lebih suka melihat dan mengikuti industri hiburan negeri gingseng daripada negara kepulauan ini. Saya anti sinetron dalam negeri yang tidak mendidik dan tanpa pesan moral serta anti dengan film “horor” produksi negeri kepulauan yang tidak mencerminkan adat ketimurannya. Ihh ngeriiii!! Hal ini membuat saya semakin takut untuk menyaksikan film “horor”.
Cita-cita saya sebenarnya ingin menjadi perancang busana atau ahli bahasa Korea agar lebih mendukung bekerja di KBRI. Tapi saat ditawari ingin melanjutkan kuliah jurusan apa, saya menjatuhkan pilihan untuk menjadi guru Kimia. Karena dalam hati saya, mana mungkin saya diizinkan menjadi desaigner apalagi belajar sastra Korea atau belajar lebih banyak di HI (Hubungan Internasional). Menjadi guru menurut saya tidaklah buruk, yang menarik menurut saya dengan menjadi guru saya dapat mengetahui berbagai karakter orang-orang yang berasala dari berbagai gen yang kelak akan menjadi murid-murid saya. Kenapa memilih Kimia dan bukan Bahasa Indonesia atau Pendidikan Olah Raga? Karena saat kelas XI Semester II saya mulai menyukai Kimia berkat guru les saya dan keingintahuan saya tentang Kimia inilah yang membulatkan tekad untuk mempelajari Kimia lebih lanjut. Semoga pilihan saya tepat dan Kimia adalah jalan kesuksesan saya. Amin ya Robb.
Saya mulai berhijab secara fisik sejak masuk ke Sekolah Menengah Pertama (SMP), saat mendaat seruan dari keluarga saya untuk berhijab saat itu saya menangis sehari semalam (benar-benar menangis dari sore sampai pagi) karena merasa belum siap. Tapi itu tidak menyurutkan perintah untuk berhijab, saya pun harus berhijab. Jujur, karena waktu itu saya masih belum berpikir panjang dan belum sepenuhnya ikhlas berhijab terlebih lagi belum tahu manfaat dan efek-efek samping lainnya yang sungguh sangat bermanfaat bagi saya, jadi saat itu saya masih asal-asalan dalam berhijab. Saat itu jangankan untuk menambah amalan dengan sholat sunnah dan tilawah bahkan sholat fardhu pun masih sering sekali belum dilaksanakan dan terlebih lagi membaca Al-Quran. Kegiatan itu jarang sekali saya lakukan atau bahkan tidak pernah. Sungguh saya saat itu teramat sanagat tersesat. Kakak ipar saya yang juga sebagai Murabbi dan kakak lelaki saya tidak bosan-bosannya meyuruh dan membujuk saya untuk ikut halaqoh (liqo) dan saya pun sekali, dua kali mengikuti halaqoh, selanjutnya saya tidak mau halaqoh lagi. Lagi-lagi saya belum tergerak untuk melakukan kebaikan dan kebermanfaatan.
Di Sekolah Menengah Atas Insya Alah saya mengalami perubahan. Sholat fardhu Insya Allah saya laksanakan dan pernah saya menagis karena melewatkannya saat sedang melakukan perjalanan ke luar kota. Tilawah Insya Allah saya laksanakan setelah sholah Maghrib walau masih beberapa ayat saja. Insya Allah hijab saya mengalami perubahan ke arah yang lebih baik dan tujuannya pun sudah lambat laun ke arah yang lebih lurus. Saya malu jika hijab saya tidak menutupi dada dan ketiak saya (karena buah dada saya kecil dan ketiak saya bau. Hahahaha, tentu bukan karena itu, just joke). Meski masih sama dengan kehidupan sebelumnya yang masih membuka tutup hijab, tapi saya merasa saya sudah tidak separah saat SMP. Walau masih suka mengenakan hot pan, mini dress, memperlihatkan rambut panjang nan indah ini (cuma pakai shampoo kok), dan perilaku jahiliyah lainnya. Saya juga berhijab saat di sekolah saja. Lama-lama saya dimarahi bila bepergian tanpa hijab, dan pada waktu SMA ini saya mendapat tawaran untuk menggunakan hijab yang besar. Sontak saya menolak dan marah-marah. Ukuran pakaian yang selalu lebih besar dengan alasan agar lekuk tubuh tidak terlihat tidak jarang membuat saya menagis dan pernah sampai membanting pintu.
Lulus SMA saya mulai dibelikan beberapa gamis dan saya tidak diperbolehkan memakai celana saat kuliah, tapi namanya juga saya. Diawal-awal kuliah saya masih mengenakan celana jeans. Sekarang saya mulai terbiasa dan lebih suka mengenakan gamis. Kini Insya Allah kuluruskan niat berhijab ini, Insya Allah saya ikhlas. Walau berawal dari keterpaksaan dan berjalan lama dengan keterpaksaan pula, tapi kini Insya Allah saya ikhlas. Kuliah di Universitas Negeri Semarang dan tinggal di Basmala sungguh membuat hidup saya benar-benar berubah. Karena lagi-lagi saya, tentu ini juga berawal dari paksaan (karena mungkin jika tidak dipaksa, saya tidak akan berubah ke arah yang lebih baik), awalnya saya enggan dan segan dan teramat tidak mau bila selama menuntut ilmu di UNNES ini harus mendekam di Basmala. Sungguh, saat melihat-lihat dan memilah-milah Basmala mana yang hendak saya tinggali, hati ini sangat tidak suka. Kotor, tanpa fasilitas yang memadahi, dan intinya saya tidak mau dan tidak suka tinggal di Basmala. Banyak tuntutan dan aturan, di rumah saya sudah bosan dengan ini semua (tapi sebenarnya aturan/paksaan antara di rumah dan di Basmala ada yang lebih ketat dan ada yang lebih renggang bila dibandingkan satu sama lain). Tapi apa boleh buat, meminta sampai bagaimanapun saya juga akan berakhir di Basmala. Kutentukan Basmala mana yang hendak kutempati. Tak henti-hentinya saya mengumpat. Menjelang masa perkuliahan yang tidak lama lagi akan dimulai, orang-orang serumah semuanya mengantar keberangkatanku ke kota Semarang. Sungguh betapa senangnya waktu itu, tapi kesenagan itu pudar seketika saat saya sampai di Basmala dan harus memulai hidup disana. Sampai di Basmala setelah keluarga saya berbicara dengan Ummi kos yang intinya menitipkan saya di Basmala dan lantas melepas saya kemudian kembali pulang ke Salatiga, saya pun setelahnya mengangis karena belum ikhlas berada di Basmala. Sampai kepulangan saya dari Salatiga-Semarang, Salatiga-Semarang saya masih saja menangis saat ditinggal sendiri di Basmala oleh Umi yang mengantar saya. “hahaha, pokoknya nggak mau di sini, aku nggak mau di Basmala, hahahaha” intinya suara itu yang keluar saat menangis. Sampai saya heran saat melihat penghuni Basmala yang lainnya, apa mereka masuk ke Basmala dengan suka rela atau karena dipaksa atau terpaksa seperti saya? Halaqoh, taskif, hafalan, dzikir, tidak boleh melihat acara-acara gosip di TV, tidak boleh mendengarkan lagu yang dapat membawa orang terbang ke angan-angan dan memikirkan hal-hal buruk dan terpesona, terlena, jam malam maksimal jam 20.00 WIB, membuka pintu harus berhijab, membuka jendela lebar-lebar harus berhijab, pengap, dll. Kata teman-teman SMA saya tempat ini adalah penjara dan saya pun berpikiran sama. Sungguh luar biasa, butuh adaptasi.
Bukankah diri ini sangat membutuhkan pencerahan? Kini. Subhanallah. Saya merasakan manfaatnya. Sedikit banyak Insya Allah diri ini sudah benar-benar berubah. Subhanallah. Allah sungguh sungguh sungguh sungguh sanagat sangat teramat sangat baik pada diri ini. Berhijab dan menjadi bagian dari Basmala sungguh teramat sangat menyenagkan. Kebermanfaatan tersebar dimana-mana. Subhanallah. Halaqoh, sholat berjamaah, menjadi imam dalam sholat (awalnya saya merasa tajut dan tidak yakin, tapi pengalaman saya menjadi imam pertama kali ya di Basmala ini, Subhanallah), dan kebaikan-kebaikan lainnya.
Terimakasih kepada keluarga saya yang mendidik dan rajin memaksa saya, yang sedari dulu tidak ada bosan-bosannya dan saya harap jangan bosan. Saya sangat berterimakasih kepada kalian. Karena kalian saya menjadi umatNya yang Insya Allah lebih dan lebih baik. Maaf jika sering kali saya mengecewakan kalian dan tidak mengindahkan perkataan kalian. Terimakasih telah menghantarkan diri ini dalam mendekati dan menghampiri kebaikan-kebaikan. Insya Allah saya sedikit demi sedikit, perlahan tapi (Insya Allah) pasti akan menjadi yang kalian harapkan. Menjadi muslimah yang kalian inginkan, akhwat yang kalian impikan. Yang belum siap saya penuhi adalah keinginana kakak tersayangku yang meninginkan saya bergabung di KAMMI. Maaf, hati saya belum tergerak untuk bergabung bersama KAMMI. Insya Allah jika saya menjadi bagian dari BEM KM FMIPA 2012 saya akan memenuhi panggikanmu duhai kakak terbaikku untuk ikut bergabung dengan KAMMI. Doakan. Untuk menjadi akhwat?lihat saja. Tapi saya msaih ingin tampil modis bergaya dengan gamis-gamis yang cute.
Hidup dengan kasih yang diberikan Allah dari terlahir sampai sekarang sungguh nikmat yang teramat sangat luar biasa. Love Allah ssooooooo mucchhhh.

Wassalamualaikum. wr.wb.

Safana binti Hatim, 19 Januari 2012
Kamar nomor 05

Tidak ada komentar: