-->
Terlahir
dengan nama P**** Prahesti (ini adalah nama yang diberikan budhe saya untuk
keponakan barunya) dan lantas setelah ibu saya kembali dari rumah sakit, saya
berganti nama menjadi Hesti Prasasti. Terlahir di kota Salatiga, Kabupaten
Semarang, Provinsi JawaTengah, Pulau Jawa, negara Indonesia pada 7 Januari
1993. Memulai pendidikan formal dari, Taman Kanak-kanak (TK) nol kecil dan nol
besar [RA Palupi; 1997-1999], kemudian melanjutkan ke tingkat Sekolah Dasar
(SD) selama 6 tahun [SD Negeri Dukuh 05; 1999-2005], kemudian meningkat ke
jenjang Sekolah Menengah Pertama (SMP) selama 3 tahun [SMP Negeri 3 Salatiga;
2005-2008], dan setelahnya sampai ke tingkat Sekolah Menengah Atas (SMA) selama
3 tahun [SMA Negeri 2 Salatoga; 2008-2011]. Sekarang saya sedang menempuh
pendidikan di Universitas Negeri Semarang untuk meraih gelar S1 di jurusan
Kimia, program studi (prodi) Pendidikan Kimia.
Kegemaran
saya adalah menulis. Jika sedang dalam kesendirian, saya suka menyalurkan apa
yang ada di pikiran melalui tulisan. Bila ada waktu luang untuk bersantai maka
saya akan memanfaatkannya untuk hal-hal yang saya anggap menarik, diantaranya:
membaca buku, membaca koran, memasak apapun yang saat itu saya pikirkan dan
inginkan, menjelajahi jejaring sosial, browsing, googling, melihat drama Korea,
menyaksikan film Korea, melihat perkembangan chart K-pop, dan hal-hal lainnya
yang saya pikir menarik untuk dilakukan. Saya lebih suka melihat dan mengikuti
industri hiburan negeri gingseng daripada negara kepulauan ini. Saya anti sinetron
dalam negeri yang tidak mendidik dan tanpa pesan moral serta anti dengan film
“horor” produksi negeri kepulauan yang tidak mencerminkan adat ketimurannya.
Ihh ngeriiii!! Hal ini membuat saya semakin takut untuk menyaksikan film
“horor”.
Cita-cita
saya sebenarnya ingin menjadi perancang busana atau ahli bahasa Korea agar
lebih mendukung bekerja di KBRI. Tapi saat ditawari ingin melanjutkan kuliah
jurusan apa, saya menjatuhkan pilihan untuk menjadi guru Kimia. Karena dalam
hati saya, mana mungkin saya diizinkan menjadi desaigner apalagi belajar sastra
Korea atau belajar lebih banyak di HI (Hubungan Internasional). Menjadi guru
menurut saya tidaklah buruk, yang menarik menurut saya dengan menjadi guru saya
dapat mengetahui berbagai karakter orang-orang yang berasala dari berbagai gen
yang kelak akan menjadi murid-murid saya. Kenapa memilih Kimia dan bukan Bahasa
Indonesia atau Pendidikan Olah Raga? Karena saat kelas XI Semester II saya
mulai menyukai Kimia berkat guru les saya dan keingintahuan saya tentang Kimia
inilah yang membulatkan tekad untuk mempelajari Kimia lebih lanjut. Semoga
pilihan saya tepat dan Kimia adalah jalan kesuksesan saya. Amin ya Robb.
Saya
mulai berhijab secara fisik sejak masuk ke Sekolah Menengah Pertama (SMP), saat
mendaat seruan dari keluarga saya untuk berhijab saat itu saya menangis sehari
semalam (benar-benar menangis dari sore sampai pagi) karena merasa belum siap. Tapi
itu tidak menyurutkan perintah untuk berhijab, saya pun harus berhijab. Jujur,
karena waktu itu saya masih belum berpikir panjang dan belum sepenuhnya ikhlas
berhijab terlebih lagi belum tahu manfaat dan efek-efek samping lainnya yang
sungguh sangat bermanfaat bagi saya, jadi saat itu saya masih asal-asalan dalam
berhijab. Saat itu jangankan untuk menambah amalan dengan sholat sunnah dan
tilawah bahkan sholat fardhu pun masih sering sekali belum dilaksanakan dan
terlebih lagi membaca Al-Quran. Kegiatan itu jarang sekali saya lakukan atau
bahkan tidak pernah. Sungguh saya saat itu teramat sanagat tersesat. Kakak ipar
saya yang juga sebagai Murabbi dan
kakak lelaki saya tidak bosan-bosannya meyuruh dan membujuk saya untuk ikut
halaqoh (liqo) dan saya pun sekali, dua kali mengikuti halaqoh, selanjutnya
saya tidak mau halaqoh lagi. Lagi-lagi saya belum tergerak untuk melakukan
kebaikan dan kebermanfaatan.
Di
Sekolah Menengah Atas Insya Alah saya mengalami perubahan. Sholat fardhu Insya
Allah saya laksanakan dan pernah saya menagis karena melewatkannya saat sedang
melakukan perjalanan ke luar kota. Tilawah Insya Allah saya laksanakan setelah
sholah Maghrib walau masih beberapa ayat saja. Insya Allah hijab saya mengalami
perubahan ke arah yang lebih baik dan tujuannya pun sudah lambat laun ke arah
yang lebih lurus. Saya malu jika hijab saya tidak menutupi dada dan ketiak saya
(karena buah dada saya kecil dan ketiak saya bau. Hahahaha, tentu bukan karena
itu, just joke). Meski masih sama
dengan kehidupan sebelumnya yang masih membuka tutup hijab, tapi saya merasa
saya sudah tidak separah saat SMP. Walau masih suka mengenakan hot pan, mini dress, memperlihatkan rambut panjang nan indah ini (cuma pakai shampoo kok), dan perilaku
jahiliyah lainnya. Saya juga berhijab saat di sekolah saja. Lama-lama saya
dimarahi bila bepergian tanpa hijab, dan pada waktu SMA ini saya mendapat
tawaran untuk menggunakan hijab yang besar. Sontak saya menolak dan
marah-marah. Ukuran pakaian yang selalu lebih besar dengan alasan agar lekuk
tubuh tidak terlihat tidak jarang membuat saya menagis dan pernah sampai
membanting pintu.
Lulus
SMA saya mulai dibelikan beberapa gamis dan saya tidak diperbolehkan memakai
celana saat kuliah, tapi namanya juga saya. Diawal-awal kuliah saya masih
mengenakan celana jeans. Sekarang
saya mulai terbiasa dan lebih suka mengenakan gamis. Kini Insya Allah
kuluruskan niat berhijab ini, Insya Allah saya ikhlas. Walau berawal dari
keterpaksaan dan berjalan lama dengan keterpaksaan pula, tapi kini Insya Allah
saya ikhlas. Kuliah di Universitas Negeri Semarang dan tinggal di Basmala
sungguh membuat hidup saya benar-benar berubah. Karena lagi-lagi saya, tentu
ini juga berawal dari paksaan (karena mungkin jika tidak dipaksa, saya tidak
akan berubah ke arah yang lebih baik), awalnya saya enggan dan segan dan
teramat tidak mau bila selama menuntut ilmu di UNNES ini harus mendekam di
Basmala. Sungguh, saat melihat-lihat dan memilah-milah Basmala mana yang hendak
saya tinggali, hati ini sangat tidak suka. Kotor, tanpa fasilitas yang
memadahi, dan intinya saya tidak mau dan tidak suka tinggal di Basmala. Banyak
tuntutan dan aturan, di rumah saya sudah bosan dengan ini semua (tapi
sebenarnya aturan/paksaan antara di rumah dan di Basmala ada yang lebih ketat
dan ada yang lebih renggang bila dibandingkan satu sama lain). Tapi apa boleh
buat, meminta sampai bagaimanapun saya juga akan berakhir di Basmala.
Kutentukan Basmala mana yang hendak kutempati. Tak henti-hentinya saya
mengumpat. Menjelang masa perkuliahan yang tidak lama lagi akan dimulai,
orang-orang serumah semuanya mengantar keberangkatanku ke kota Semarang.
Sungguh betapa senangnya waktu itu, tapi kesenagan itu pudar seketika saat saya
sampai di Basmala dan harus memulai hidup disana. Sampai di Basmala setelah
keluarga saya berbicara dengan Ummi kos yang intinya menitipkan saya di Basmala
dan lantas melepas saya kemudian kembali pulang ke Salatiga, saya pun
setelahnya mengangis karena belum ikhlas berada di Basmala. Sampai kepulangan
saya dari Salatiga-Semarang, Salatiga-Semarang saya masih saja menangis saat
ditinggal sendiri di Basmala oleh Umi yang mengantar saya. “hahaha, pokoknya
nggak mau di sini, aku nggak mau di Basmala, hahahaha” intinya suara itu yang
keluar saat menangis. Sampai saya heran saat melihat penghuni Basmala yang
lainnya, apa mereka masuk ke Basmala dengan suka rela atau karena dipaksa atau
terpaksa seperti saya? Halaqoh, taskif, hafalan, dzikir, tidak boleh melihat
acara-acara gosip di TV, tidak boleh mendengarkan lagu yang dapat membawa orang
terbang ke angan-angan dan memikirkan hal-hal buruk dan terpesona, terlena, jam
malam maksimal jam 20.00 WIB, membuka pintu harus berhijab, membuka jendela
lebar-lebar harus berhijab, pengap, dll. Kata teman-teman SMA saya tempat ini
adalah penjara dan saya pun berpikiran sama. Sungguh luar biasa, butuh
adaptasi.
Bukankah
diri ini sangat membutuhkan pencerahan? Kini. Subhanallah. Saya merasakan
manfaatnya. Sedikit banyak Insya Allah diri ini sudah benar-benar berubah. Subhanallah.
Allah sungguh sungguh sungguh sungguh sanagat sangat teramat sangat baik pada
diri ini. Berhijab dan menjadi bagian dari Basmala sungguh teramat sangat
menyenagkan. Kebermanfaatan tersebar dimana-mana. Subhanallah. Halaqoh, sholat
berjamaah, menjadi imam dalam sholat (awalnya saya merasa tajut dan tidak
yakin, tapi pengalaman saya menjadi imam pertama kali ya di Basmala ini,
Subhanallah), dan kebaikan-kebaikan lainnya.
Terimakasih
kepada keluarga saya yang mendidik dan rajin memaksa saya, yang sedari dulu
tidak ada bosan-bosannya dan saya harap jangan bosan. Saya sangat
berterimakasih kepada kalian. Karena kalian saya menjadi umatNya yang Insya
Allah lebih dan lebih baik. Maaf jika sering kali saya mengecewakan kalian dan
tidak mengindahkan perkataan kalian. Terimakasih telah menghantarkan diri ini
dalam mendekati dan menghampiri kebaikan-kebaikan. Insya Allah saya sedikit
demi sedikit, perlahan tapi (Insya Allah) pasti akan menjadi yang kalian
harapkan. Menjadi muslimah yang kalian inginkan, akhwat yang kalian impikan.
Yang belum siap saya penuhi adalah keinginana kakak tersayangku yang meninginkan
saya bergabung di KAMMI. Maaf, hati saya belum tergerak untuk bergabung bersama
KAMMI. Insya Allah jika saya menjadi bagian dari BEM KM FMIPA 2012 saya akan memenuhi
panggikanmu duhai kakak terbaikku untuk ikut bergabung dengan KAMMI. Doakan.
Untuk menjadi akhwat?lihat saja. Tapi saya msaih ingin tampil modis
bergaya dengan gamis-gamis yang cute.
Hidup
dengan kasih yang diberikan Allah dari terlahir sampai sekarang sungguh nikmat
yang teramat sangat luar biasa. Love Allah ssooooooo mucchhhh.
Wassalamualaikum. wr.wb.
Wassalamualaikum. wr.wb.
Safana binti Hatim,
19 Januari 2012
Kamar
nomor 05
Tidak ada komentar:
Posting Komentar